"Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua”

24.09.2010
(Pkh 3:1-11; Luk 9:18-22)



“Pada suatu kali ketika Yesus berdoa seorang diri, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya. Lalu Ia bertanya kepada mereka: "Kata orang banyak, siapakah Aku ini?" Jawab mereka: "Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia, ada pula yang mengatakan, bahwa seorang dari nabi-nabi dahulu telah bangkit." Yesus bertanya kepada mereka: "Menurut kamu, siapakah Aku ini?" Jawab Petrus: "Mesias dari Allah." Lalu Yesus melarang mereka dengan keras, supaya mereka jangan memberitahukan hal itu kepada siapa pun. Dan Yesus berkata: "Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga.” (Luk 9:18-22), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.



Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Pengakuan atau penyataaan diri sebagai orang katolik atau pengikut Yesus Kristus secara terus terang, terbuka di hadapan umum bagi beberapa orang sering menakutkan, maka di hadapan umum sering menyembunyikan identitas dirinya sebagai pengikut Yesus Kristus. Ada ketakutan atau kekhawatiran ketika dirinya diketahui sebagai orang katolik atau pengikut Yesus Kristus akan menghadapi aneka ejekan, cemoohan, ancaman melalui berbagai cara, termasuk dikucilkan dari lingkungan hidup maupun kerjanya. Itulah kiranya yang juga masih dialami oleh Petrus dan teman-temannya ketika secara vokal ia mengakui Yesus sebagai “Mesias dari Allah”, kemudian Yesus melarang mereka memberitahukan hal tersebut. Orang-orang Yahudi kiranya masih akan salah faham perihal Mesias: Mesias yang mereka dambakan adalah yang terhormat dan terkenal, sedangkan Yesus harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh. Mengimani Yesus sebagai Mesias atau Penyelamat Dunia memang berarti harus siap sedia untuk menderita, mengingat dan memperhatikan cukup banyak orang tidak percaya kepadaNya. Dengan ini kami mengajak dan mengingatkan rekan-rekan sekalian yang beriman kepada Yesus, untuk tidak takut dan gentar mengakui sebagai pengikut Yesus di muka umum. Percayalah dan imanilah bahwa jika kita tetap hidup baik dan berjalan di jalan yang benar, sesuai dengan kehendak Tuhan, kita pasti akan selamat dan berbahagia. Memang ada kemungkinan harus menghadapi aneka tantangan dan hambatan, namun demikian ingat dan hayati bahwa tantangan dan hambatan yang muncul karena kesetiaan iman adalah jalan kebahagiaan atau keselamatan sejati.

· “Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apa pun di bawah langit ada waktunya.” (Pkh 3:1). Kutipan ini kiranya merupakan penghiburan bagi kita umat beriman yang setia pada imannya. Ada waktu untuk berbuat baik dan ada waktu untuk berbuat jahat, itulah inti dari segala sesuatu ada waktunya. Kami percaya bahwa kebanyakan dari kita lebih menggunakan banyak waktu untuk berbuat baik atau melakukan apa yang baik dan menyelamatkan serta membahagiakan. Maka marilah kita manfaatkan waktu yang ada untuk senantiasa berbuat baik kepada saudara-saudari kita. Kepada yang masih sering berbuat jahat, kami ingatkan manfaatkan waktu yang masih ada di depan untuk bertobat atau memperbaharui diri, tiada kata terlambat untuk berubah menjadi baik dan berbudi pekerti luhur alias bertobat. “Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir”(Pkh 3:11) . Marilah kita mengerti, selami dan hayati karya Allah atau Penyelenggaraan Ilahi dalam hidup kita sehari-hari dimanapun dan kapanpun, karena Allah berkarya terus menerus tiada henti. Karya-karyaNya antara lain membuat manusia lahir, menanam, menyembuhkan, membangun, tertawa, menari, mengasihi, dst.., dengan kata lain apa-apa saja yang membuat manusia selamat, gembira dan damai-sejahtera. Kita berpartisipasi dalam karya Allah atau Penyelenggaraan Ilahi jika kita melakukan apa-apa yang baik dan menyelamatkan tersebut. Marilah kita wujudkan iman kita kepada Allah dengan saling berbuat baik dan menyelamatkan serta membahagiakan. Apa yang baik, menyelamatkan dan membahagiakan kiranya merupakan dambaan semua orang yang berkehendak baik, tanpa pandang bulu ata SARA.



“Terpujilah TUHAN, gunung batuku, yang mengajar tanganku untuk bertempur, dan jari-jariku untuk berperang; yang menjadi tempat perlindunganku dan kubu pertahananku, kota bentengku dan penyelamatku, perisaiku dan tempat aku berlindung, yang menundukkan bangsa-bangsa ke bawah kuasaku! Ya TUHAN, apakah manusia itu, sehingga Engkau memperhatikannya, dan anak manusia, sehingga Engkau memperhitungkannya? Manusia sama seperti angin, hari-harinya seperti bayang-bayang yang lewat.” (Mzm 144:1-4)



Jakarta, 24 September 2010

Romo. Ign. Sumarya, SJ