02, 03 September 2010

02.09.2010


"Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan."

(1Kor 3:18-23; Luk 5:1-11)

“Setelah selesai berbicara, Ia berkata kepada Simon: "Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan." Simon menjawab: "Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa, tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga." Dan setelah mereka melakukannya, mereka menangkap sejumlah besar ikan, sehingga jala mereka mulai koyak.Lalu mereka memberi isyarat kepada teman-temannya di perahu yang lain supaya mereka datang membantunya. Dan mereka itu datang, lalu mereka bersama-sama mengisi kedua perahu itu dengan ikan hingga hampir tenggelam. Ketika Simon Petrus melihat hal itu ia pun tersungkur di depan Yesus dan berkata: "Tuhan, pergilah dari padaku, karena aku ini seorang berdosa." Sebab ia dan semua orang yang bersama-sama dengan dia takjub oleh karena banyaknya ikan yang mereka tangkap; demikian juga Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus, yang menjadi teman Simon. Kata Yesus kepada Simon: "Jangan takut, mulai dari sekarang engkau akan menjala manusia." Dan sesudah mereka menghela perahu-perahunya ke darat, mereka pun meninggalkan segala sesuatu, lalu mengikut Yesus.” (Luk 5:4-11), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· “Kwantitas atau kwalitas, jumlah atau mutu”, itulah dua pilihan yang saling bertolak belakang. Memilih kwantitas atau jumlah ada kecenderungan tidak berkwalitas atau tidak bermutu, sedangkan memilih kwalitas atau mutu berarti harus selektif dan dengan demikian tidak mungkin semuanya dipilih. Sebagai contoh: jumlah mata pelajaran di sekolah-sekolah di Indonesia hemat saya terlalu banyak alias menekankan jumlah yang harus diberikan atau diajarkan sehingga berat bagi para peserta didik untuk menerima dan menguasainya dengan benar dan utuh. Dengan kata lain apa yang dipelajari dan diajarkan asal diajarkan atau dipelajari, tetapi tidak merasuk dalam hati, jiwa dan pikiran alias kurang mendalam. “Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan”, demikian sabda Yesus. Sabda ini mengajak dan memanggil kita semua untuk lebih mengutamakan kwalitas/mutu daripada kwantitas/jumlah. Dalam karya pendidikan atau sekolah-sekolah misalnya, hendaknya mata pelajaran yang utama dan umum diajarkan dan dipelajari secara mendalam atau bermutu, yaitu: bahasa, matematika, phisika dan biologi. Ketika murid/pelajar unggul atau berkwalitas dalam empat mata pelajaran utama tersebut hemat saya dengan mudah mereka mempelajari mata pelajaran tambahan lainnya dan mungkin akan lebih ‘auto-didak’, tentu saja juga tidak boleh dilupakan pembinaan kepribadian murid atau pelajar untuk tumbuh berkembang sebagai pribadi yang baik, cerdas beriman. Marilah kita kerjakan atau laksanakan tugas pekerjaan atau kewajiban utama kita masing-masing dengan sungguh-sungguh sehingga menghasilkan buah-buah yang berkwalitas.


· Janganlah ada orang yang menipu dirinya sendiri. Jika ada di antara kamu yang menyangka dirinya berhikmat menurut dunia ini, biarlah ia menjadi bodoh, supaya ia berhikmat.” (1Kor 3:18). Apa yang dikatakan oleh Paulus ini hemat saya benar adanya. Perhatikan saja perkembangan dan pertumbuhan teknologi, buah karya manusia yang berhikmat, yang pada akhirnya menghancurkan dunia ini, antara lain pemanasan global. Terobosan pemakaian aneka sarana-prasarana dengan bahan utama plastic, yang oleh dunia atau orang-orang bersikap mental materialistis dinilai praktis, efisien dan efektif, namun yang benar juga adalah penghancuran tanah, yang pada gilirannya merancuni manusia, entah melalui air yang diminum maupun aneka jenis makanan yang disantap. Aneka jenis makanan dan minum dalam kemasan kaleng atau plastik, yang didengung-dengungkan tahan lama alias tak mudah busuk, nampak logis dan berhikmat, namun yang benar adalah meracuni tubuh kita. “Kamu adalah milik Kristus dan Kristus adalah milik Allah” (1Kor 3:23), demikian peringatan Paulus Kita semua adalah milik Allah, maka diharapkan hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak Allah, misalnya mengikuti proses kehidupan, pertumbuhan dan perkembangan yang normal sesuai Penyelenggaraan Ilahi. Dengan kata lain kami harapkan jauhkan aneka intervensi medis atau teknologi atau obat untuk mempercepat perptumbuhan dan perkembangan. Siapapun yang mengikuti proses yang baik dan benar pasti akan tumbuh berkembang sebagai pribadi yang handal, cerdas beriman, tangguh, tahan terhadap aneka godaan dan rayuan untuk berbuat jahat. Ingat dan sadari bahwa yang organik yang sehat dan menyelamatkan, misalnya aneka jenis buah, sayuran, biji-bijian seperti padi, jagung, dst..

.


“Aku hendak memuji TUHAN pada segala waktu; puji-pujian kepada-Nya tetap di dalam mulutku. Karena TUHAN jiwaku bermegah; biarlah orang-orang yang rendah hati mendengarnya dan bersukacita. Muliakanlah TUHAN bersama-sama dengan aku, marilah kita bersama-sama memasyhurkan nama-Nya! Aku telah mencari TUHAN, lalu Ia menjawab aku, dan melepaskan aku dari segala kegentaranku. Tujukanlah pandanganmu kepada-Nya, maka mukamu akan berseri-seri, dan tidak akan malu tersipu-sipu” (Mzm 34:2-6).

Jakarta, 2 September 2010


Romo. I. Sumarya, SJ


03.09.2010



Santo Gregorius Agung, Paus dan Pujangga Gereja



“Anggur yang baru harus disimpan dalam kantong yang baru pula”

(1Kor 4:1-5; Luk 5:33-39)

“Orang-orang Farisi itu berkata pula kepada Yesus: "Murid-murid Yohanes sering berpuasa dan sembahyang, demikian juga murid-murid orang Farisi, tetapi murid-murid-Mu makan dan minum." Jawab Yesus kepada mereka: "Dapatkah sahabat mempelai laki-laki disuruh berpuasa, sedang mempelai itu bersama mereka? Tetapi akan datang waktunya, apabila mempelai itu diambil dari mereka, pada waktu itulah mereka akan berpuasa." Ia mengatakan juga suatu perumpamaan kepada mereka: "Tidak seorang pun mengoyakkan secarik kain dari baju yang baru untuk menambalkannya pada baju yang tua. Jika demikian, yang baru itu juga akan koyak dan pada yang tua itu tidak akan cocok kain penambal yang dikoyakkan dari yang baru itu. Demikian juga tidak seorang pun mengisikan anggur yang baru ke dalam kantong kulit yang tua, karena jika demikian, anggur yang baru itu akan mengoyakkan kantong itu dan anggur itu akan terbuang dan kantong itu pun hancur. Tetapi anggur yang baru harus disimpan dalam kantong yang baru pula. Dan tidak seorang pun yang telah minum anggur tua ingin minum anggur yang baru, sebab ia akan berkata: Anggur yang tua itu baik." (Luk 5:33-39), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Gregorius Agung, Paus dan Pujangga Gereja, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Selamat menempuh hidup baru”, demikian kurang lebih isi ucapan selamat bahagia dan menjalani hidup baru kepada mereka yang baru saja memasuki ‘hidup baru’, misalnya “suami-isteri”, imam, bruder atau suster. Kesediaan untuk menempuh hidup baru tersebut antara lain diiringi dengan janji-janji atau kaul, maka dalam rangka menelusuri atau menggeluti hidup baru hendaknya berpedoman pada janji atau kaul yang telah diikrarkan dihadapan Allah dan disaksikan serta didukung oleh umat atau para sahabat yang hadir pada waktu itu. “Anggur yang baru harus disimpan dalam kantong yang baru pula”, demikian sabda Yesus. Menelusuri, menjalani dan menggeluti hidup baru memang tidak dapat mengikuti selera atau keinginan pribadi alias seenaknya sendiri, melainkan harus dengan rendah hati siap sedia melaksanakan aneka tata tertib cara hidup baru tersebut. Maka dengan ini kami mengingatkan dan mengajak kita semua, para suami-isteri, imam, bruder dan suster, untuk senantiasa siap sedia diperbaharui, dirubah atau berubah, dan tentu saja berubah ke arah yang lebih baik, suci, beriman, bersahabat, semakin dikasihi oleh Tuhan dan sesama manusia dimanapun dan kapanpun. Untuk itu hendaknya juga siap sedia untuk berkorban, karena setiap pembaharuan bagaimanapun pasti butuh pengorbanan. Jika di dalam perjalanan waktu menghayati hidup baru atau terpanggil merasa lesu dan tidak bergairah, hendaknya mengenangkan kembali saat-saat bahagia dan bergairah ketika sedang mengawali hidup baru atau berjanji kepada Tuhan atau saling berjanji satu sama lain sebagai suami-isteri. Jika perlu pasanglah, tempatkan foto ketika sedang berjanji di tempat dimana setiap hari kita dapat melihatnya.


· Demikianlah hendaknya orang memandang kami: sebagai hamba-hamba Kristus, yang kepadanya dipercayakan rahasia Allah. Yang akhirnya dituntut dari pelayan-pelayan yang demikian ialah, bahwa mereka ternyata dapat dipercayai.”(1Kor 4:1-2). Apa yang dikatakan oleh Paulus kepada umat di Korintus ini kiranya menjiwai para gembala kita, seperti Paus dan para Uskup, antara lain St.Gergorius Agung, yang kita rayakan pada hari ini. Menjadi hamba Kristus berarti siap sedia melaksanakan sabda Yesus Kristus atau hidup dan bertindak sesuai dengan sabda-sabdaNya, antara lain sebagaimana tertulis di dalam Kitab Suci. Di dalam Kitab Suci antara lain dapat kita temukan ‘rahasia Allah’. Sebagai umat Kristen, murid atau pengikut Yesus Kristus, yang percaya kepada Yesus Kristus, kita juga ‘sebagai hamba-hamba Kristus’, maka marilah kita senantiasa hidup dan bertindak saling mengasihi dan melayani, sebagaimana seorang hamba hidup dan bertindak bagi tuan-tuannya. Kami berharap para pemimpin, atasan, orangtua, pemuka hidup bersama dst.. dapat menjadi teladan dalam mengasihi dan melayani, menghayati fungsi kepempinan dengan semangat melayani, kepemimpinan partisipatif. Untuk itu hendaknya meneladan Yesus, yang walaupun Allah tidak memandang kesetaraan dengan Allah harus dipertahankan, melainkan melepaskan ke Allah-anNya dan menjadi manusia tinggal bersama dengan kita. Dengan kata lain hendaknya para pemimpin, atasan, pemuka, orangtua dst.. menghayati fungsinya dijiwai oleh semangat ‘inkarnasi’/membumi, secara rutin ‘turun ke bawah’ untuk mendatangi para pembantu, anak buah, dst.., tidak hanya duduk di kantor, di depan meja sambil menunggu ‘pisowanan’ atau bermalas-malasan di kursi empuk dalam ruang dingin ber-AC.


“Percayalah kepada TUHAN dan lakukanlah yang baik, diamlah di negeri dan berlakulah setia, dan bergembiralah karena TUHAN; maka Ia akan memberikan kepadamu apa yang diinginkan hatimu. Serahkanlah hidupmu kepada TUHAN dan percayalah kepada-Nya, dan Ia akan bertindak; Ia akan memunculkan kebenaranmu seperti terang, dan hakmu seperti siang” (Mzm 37:3-6)

Jakarta, 3 September 2010


Romo Ign Sumarya, SJ