“Ia pun pergi menjual seluruh miliknya lalu membeli mutiara itu." (Yer 15:10.16-21; Mat 13:44-46)

“Ia pun pergi menjual seluruh miliknya lalu membeli mutiara itu."

(Yer 15:10.16-21; Mat 13:44-46)

"Hal Kerajaan Sorga itu seumpama harta yang terpendam di ladang, yang ditemukan orang, lalu dipendamkannya lagi. Oleh sebab sukacitanya pergilah ia menjual seluruh miliknya lalu membeli ladang itu. Demikian pula hal Kerajaan Sorga itu seumpama seorang pedagang yang mencari mutiara yang indah. Setelah ditemukannya mutiara yang sangat berharga, ia pun pergi menjual seluruh miliknya lalu membeli mutiara itu." (Mat 13:44-46), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Isi Warta Gembira singkat di atas ini kiranya senada dengan kisah Werkudoro dalam pewayangan. ‘Pendowo Limo’/lima bersaudara waktu itu memperoleh info dari orang bijak bahwa ‘air kehidupan sejati’ ada di dalam kedalaman samudera (‘ing telenging samodra’), dan untuk menuju tempat tersebut harus melintasi hutan belantara yang sarat dengan ancaman dan tantangan. Mendengar info tersebut Werkudoro, meskipun dilarang oleh saudara-saudaranya, pergi meninggalkan saudara-saudaranya untuk mencari ‘air kehidupan sejati’ tersebut. Semangat ksatria Werkudoro yang tak takut ancaman dan rela meninggalkan segalanya tersebut kiranya baik kita tiru. Apakah hidup anda, keluarga anda, kebersamaan anda di tempat kerja atau di masyarakat sedang mengalami kekacauan atau ketidak damaian? Ada kemungkinan anda harus mencari dan menemukan ‘mutiara’ yang terpendam dalam diri anda atau kebersamaan anda. “Mutiara” tersebut antara lain karisma, spiritualitas, jiwa atau visi yang harus anda fahami dan hayati. Maka tinggalkan dambaan, cita-cita, kerinduan, harapan atau impian pribadi guna mencari, menggeluti dan melaksanakan ‘jiwa kehidupan sejati’ seperti karisma, spiritualitas atau visi. Kita semua dipanggil untuk tidak hidup dan tidak bertindak mengikuti selera atau keinginan diri pribadi, melainkan hidup dan bertindak sesuai spiritualitas atau visi hidup atau kerja bersama. Sebagai contoh perkenankan saya mengangkat hidup berkeluarga, hidup suami-isteri, yang menjadi dasar hidup bersama dimanapun dan kapanpun. Para suam-isteri yang telah saling berjanji untuk saling mengasihi baik dalam untung maupun malang, sehat maupun sakit sampai mati kami harapkan hidup dan bertindak berdasarkan atau dijiwai oleh kasih. Maka hendaknya dihayati ajaran kasih dari Paulus ini “ Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu.” (1Kor 13:4-7)

·

· “Apabila aku bertemu dengan perkataan-perkataan-Mu, maka aku menikmatinya; firman-Mu itu menjadi kegirangan bagiku, dan menjadi kesukaan hatiku, sebab nama-Mu telah diserukan atasku, ya TUHAN, Allah semesta alam. Tidak pernah aku duduk beria-ria dalam pertemuan orang-orang yang bersenda gurau; karena tekanan tangan-Mu aku duduk sendirian, sebab Engkau telah memenuhi aku dengan geram.” (Yer 15:16-17). Marilah kutipan dari kitab Yeremia di atas ini kita renungkan dan hayati. Sabda Tuhan kita nikmati karena menjadi kegirangan dan kesukaanku. Maka marilah kita baca, renungkan dan hayati sabda Tuhan sebagaimana tertulis di dalam Kitab Suci. Jika anda tidak memiliki Kitab Suci, baiklah cukup membaca dan merenungkan kembali apa yang saya coba kutipkan dan refleksikan setiap hari; apa yang saya kutip dan coba refleksikan sesuai dengan kelendarium liturgy, maka jika setiap hari mengikuti selama dua atau tiga tahun kita akan mengetahui isi-isi pokok seluruh kitab suci. Sabda-sabda Tuhan memang sungguh nikmat, menggirangkan dan menggairahkan, maka ketika anda merasa lesu, tak bergairah, frustrasi dst.. baiklah sejenak membaca dan merenungkan sabda Tuhan. Ingatlah dan sadarilah bahwa aneka tuntunan kehidupan, entah berupa peraturan atau kebijakan sedikit banyak bersumber dari sabda Tuhan, maka sikapi aneka peraturan dan kebijakan dengan sabda Tuhan. Sabda Tuhan yang utama dan petama adalah perintah untuk saling mengasihi, maka sikapi aneka peraturan dan kebijakan dalam dan oleh cintakasih, dengan demikian akan nikmat, menggirangkan dan menggairahkan adanya, peraturan atau kebijakan tidak lagi menjadi beban melainkan menjadi santapan yang nikmat dan menggairahkan. Aneka peraturan dan kebijakan dibuat dan diberlakukan untuk membantu kita dalam rangka mencari dan menemukan ‘mutiara kehidupan’.

“Lepaskanlah aku dari pada musuhku, ya Allahku; bentengilah aku terhadap orang-orang yang bangkit melawan aku. Lepaskanlah aku dari pada orang-orang yang melakukan kejahatan dan selamatkanlah aku dari pada penumpah-penumpah darah. Sebab sesungguhnya, mereka menghadang nyawaku; orang-orang perkasa menyerbu aku, padahal aku tidak melakukan pelanggaran, aku tidak berdosa, ya TUHAN, aku tidak bersalah, merekalah yang lari dan bersiap-sia” (Mzm 59:2-5a)

Jakarta, 28 Juli 2010


Romo Ignatius Sumarya, SJ





Share|