Jadwal Kegiatan Rutin Gereja Santo Antonius Purbayan, Solo


Sakramen Tobat
Pengakuan Dosa Pribadi bisa dilayani setelah Misa Harian.

Sekolah Minggu

Minggu jam 08.30

Baptisan Bayi

Minggu I jam 10.00
Pada hari Jumat sebelumnya diadakan pertemuan bagi orang tua/wali baptis pukul 18.00. Bagi orang tua yang hendak membaptiskan bayinya silahkan mendaftar pada sekretariat paroki.



Pelayanan Kesehatan "Marganingsih"

Minggu jam 09.00

Katekumen (Magang Baptis)

Senin jam 18.00

WKRI

Rabu jam 16.30

PD PKK St Antonius

Selasa jam 17.30

PD PKK OMK Missio Dei

Rabu II dan IV jam 18.45
Moderator: Romo Paulus Suradibrata, SJ
Lokasi: Aula SD Kanisius Keprabon 2, masuk lewat Gereja St Antonius Purbayan, ke arah belakang gereja.

PD St Maria

Jumat II dan IV jam 17.30

PD Pelayanan Kasih

Jumat I dan III jam 18.30

Latihan Paduan Suara St. Caecilia

Selasa dan Kamis jam 18.00

Perayaan Ekaristi Harian

Senin jam 05.30 Susteran OSF
Rabu jam 05.30 Bruderan FIC

Perayaan Ekaristi Harian (gereja)

Senin sampai Sabtu:

05.30, 06.15

Perayaan Ekaristi Mingguan

Sabtu Sore

16.30, 18.00


Minggu Pagi


05.30, 07.00, 08.30


Minggu Sore

16.30, 18.00



Catatan:
Semua Perayaan Ekaristi dalam Bahasa Indonesia
Setiap Minggu pukul 05.00-09.00 ada Car Free Day sepanjang Jl Slamet Riyadi dan Jl Ir Juanda.


PARA ROMO YANG BERKARYA DI GEREJA ST ANTONIUS PURBAYAN SAAT INI:

Romo. Albertus Mardi Santosa, SJ
Romo. Paulus Suradibrata, SJ
Romo. Augustinus Mangunhardjana, SJ
Romo. Joannes Moerti Yoedho Koesoemo, SJ

WILAYAH PAROKI PURBAYAN


1. Kampung Baru
2. Keprabon
3. Kebalen
4. Setabelan
5. Sudiroprajan
6. Gandekan
7. Kronelan
8. Ngrayapan
9. Kemlayan
10. Ketelan
11. Timuran
12. Kepatihan
13. Purwodiningratan
14. Sangkrah
15. Kedung Lumbu
16. Kampung Sewu
17. Bangunharjo


Daftar Tautan

Adven, Saatnya Bertobat

Adven, Saatnya Bertobat

Istilah “Adven” berasal dari bahasa Latin “adventus”, yang berarti “kedatangan dengan semarak”. Sebelum hari Natal, ada 4 minggu masa Adven, dimana Gereja memperingati dan mengenangkan bahwa Tuhan datang. Tuhan datang dalam diri Yesus Kristus yang lahir di dunia ini. Tuhan Yesus datang untuk mewartakan Kerajaan Allah.
Melalui kelahiran-Nya di dunia, Dia mau memberikan kegembiraan kepada manusia.


Maka dari itu kita tidak sepantasnya sembarangan menyambut kelahiran Yesus di dunia ini. Kita harus mempersiapkan diri dan hati kita untuk menyambut kedatangan-Nya. Untuk mempersiapkan kelahiran Tuhan Yesus, Gereja telah menetapkan masa Adven sebagai masa persiapan menyambut kelahiran Tuhan Yesus.

Merayakan masa Adven berarti pula mengalami sungguh-sungguh kerinduan akan kedatangan Allah, serta bertobat dan berbalik kepada-Nya. Maka hendaknya kesempatan ini dipakai untuk bertobat dan mengaku dosa melalui pastor. Sekaranglah saatnya kita bertobat. Masa Adven menjadi masa pertobatan bagi kita semua. Kita bertobat, mohon ampun atas dosa-dosa kita, agar kita bersih dan tak bercacat pada hari Tuhan kita Yesus Kristus. [Fr. A.Pramono-www.reginacaeli.org]

Yesaya, Pewarta Kedatangan Kristus

Yesaya adalah tokoh yang menonjol dalam liturgi Masa Adven. Ada tiga tokoh yang ditonjolkan dalam Masa Adven, yaitu Bunda Maria, Yohanes Pembaptis, dan Yesaya. Yesaya merupakan Nabi yang berkarya di Kerajaan Selatan [Kerajaan Yehuda]. Ia berkarya sampai akhir abad ke-8 SM.

Kitab Nabi Yesaya paling sering dipakai dalam Masa Adven karena banyak menubuatkan tentang datangnya Mesias. Bab 7 sampai dengan bab 12 disebut sebagai “buku tentang Immanuel”. Nubuat-nubuat tentang Immanuel ini, oleh umat Kristen dihubungkan dengan kedatangan Yesus Kristus. Nubuat yang menunjukkan persiapan kedatangan Kristus dapat dilihat dalam Yesaya 40:3, bunyinya: ”Ada suara yang berseru-seru: ‘Persiapkanlah di padang gurun jalan untuk Tuhan, luruskanlah di padang belantara jalan raya bagi Allah kita!’ ” Suara yang berseru-seru ini menurut Injil Markus adalah Yohanes Pembaptis. Yohanes Pembaptis diutus Tuhan untuk mempersiapkan kedatangan Yesus Kristus. Jadi, nabi Yesaya telah dipakai Tuhan untuk mengabarkan kedatangan Mesias. Kabar itu terlaksana dengan kehadiran Yesus Sang Mesias ke dunia.

Yesaya punya kepercayaan yang besar; ia mengimani dengan teguh bahwa Allah akan menganugerahkan Kristus kepada manusia. Keteguhan iman Yesaya terungkap dalam kata-kata: “Kuatkanlah hatimu, jangan takut, lihat itu Allahmu!” Nabi Yesaya mengajak kita untuk selalu berharap kepada Allah, sebab Allah pasti menguatkan dan menghibur kita, saat kita lemah dan berduka. [Fr. A.Pramono--www.reginacaeli.org]



Bagikan

Sabtu-Minggu, 12-13 Desember 2009 Hari Minggu Adven III

Bacaan Perayaan Ekaristi
Hari Minggu Adven III, Sabtu-Minggu, 12-13 Desember 2009

BACAAN PERTAMA: Zef 3:14-18a;
MAZMUR TANGGAPAN: Yes 12:2-3.4bcd,5-6
BACAAN KEDUA: Flp 4:4-7
INJIL: Luk 3:10-18

Bacaan pertama hari Minggu Adven III tahun C (Zef 3:14-18a) berisi warta penghiburan bagi kota Yerusalem yang kini tinggal reruntuh­an belaka akibat penyerbuan Nebukadnezar. Seperti terungkap dalam 13 ayat yang mendahuluinya, malapetaka ini dipahami sebagai hukuman bagi kelakuan buruk umat sendiri. Tetapi keadaan sudah berubah. Tuhan kini berbalik mengasihani umat-Nya dan berjanji akan berada kembali di tengah-tengah mereka. Ia akan mengumpulkan mereka yang tercerai-berai. Yerusalem dan penduduknya diimbau agar tidak lagi bersedih. Kebe­sarannya akan pulih. Harapan hidup kembali. Tuhan akan mendatangi kota suci-Nya dan tinggal di sana lagi. Iman ini tum­buh pada zaman setelah pembuangan dan tetap hidup dalam masa Perjanjian Baru. Injil-Injil, khususnya Lukas, memakainya dalam wujud pola perjalanan Yesus menuju ke Yerusalem - dia itulah Raja yang dinanti-nantikan orang, dia itulah Penyelamat yang diharap-harapkan datang ke kota sucinya.

Dalam Injil yang dibacakan bagi kesempatan ini, yakni Luk 3:10-18, dikisahkan bagaimana orang-orang yang datang kepada Yohanes Pembaptis berharap dapat membarui diri. Ter­ungkap dalam beberapa ayat sebelumnya (ay. 7-9) kecaman keras Yohanes Pembaptis terhadap mereka yang disebut­nya "keturunan ular berbisa". Mereka diperingatkan agar jangan melamun akan luput dari murka pada akhir zaman nanti. Bahwasanya mereka lahir sebagai keturunan Abraham sama sekali bukan jaminan. Jalan satu-satunya agar selamat ialah bila mereka menghasilkan buah yang baik. Bila tidak, mereka ibarat pohon yang akan ditebang dan dimusnahkan dengan api.

"NYEPI" KE PADANG GURUN

Mendengar kata-kata Yohanes tadi, orang-orang mulai gelisah lalu minta dibaptis olehnya sambil menyatakan niat mau memperbarui diri. Waktu itu baptisan lazim dilakukan sebagai ungkapan niat membarui diri di hadapan seorang guru yang dihargai. Ada macam-macam kelompok: orang kaya, pemungut cukai, dan tentara. Meskipun termasuk "kaum terhormat" dalam masyarakat, mereka sering dianggap sudah terlampau jauh terpisah dari kehidupan orang Yahudi yang beragama. Mereka dinilai sebagai kaum egois, orang-orang kemaruk dan kawanan pemeras. Namun demikian, dalam Injil Lukas digambarkan bagaimana orang-orang yang biasanya dianggap sudah tak tertolong lagi itu masih mempunyai kesempatan. Ingat perumpamaan anak yang hilang tetapi kembali (Luk 15:11-32), perumpamaan pemungut cukai yang dengan tulus mengakui keberdosaannya (Luk 18:9-14), Zakheus yang ikhlas mengamalkan separo miliknya (Luk 19:1-10). Mereka ditonjolkan Lukas sebagai orang-orang yang dengan rendah hati bertanya "Apakah yang harus kami perbuat?" Pertanyaan ini juga sering timbul dalam lubuk hati banyak orang, juga dalam batin kita.

Cara-cara memperbaiki diri yang dianjurkan Yohanes sejalan dengan kehidupan masing-masing. Yang serba berkecukupan dianjurkan berbagi kelebihan dengan orang lain, yang mem­punyai wewenang menarik pajak hendaknya belajar berlaku jujur, yang memiliki kekuasaan, senjata, dan organisasi dapat belajar agar tidak mempraktekkan kekerasan. Tidak pada tempatnya mengkhotbahkan secara harfiah anjuran-anjuran Yohanes itu. Keadaan masyarakat berbeda-beda dari zaman ke zaman dan dari tempat ke tempat. Tetapi tak meleset bila dikatakan anjuran Yohanes itu membuat orang berpikir bahwa kedudukan dan kekuasaan tak dapat dilepaskan dari kewajiban untuk menjalankannya sesuai dengan maksud kedudukan itu, begitu pula kelebihan material menuntut pengamalan, bukan penimbunan belaka. Inilah prinsip penalaran moral yang berlaku di mana-mana dan kapan saja.

Namun demikian, penalaran seperti di atas belum tentu membawa perubahan dalam diri orang secara menyeluruh. Orang perlu sejenak meninggalkan kebisingan hidup dan menemukan ketenangan batin. Mereka yang mendengarkan Yohanes Pembaptis itu datang ke padang gurun untuk "nyepi" ke daerah Yordan, meninggalkan Yerusalem yang inggar- bingar dan penuh kezaliman ("Ierousaleem" katakan saja mudahnya "Yeru-zalim") untuk melihat prospek kembali ke Yerusalem yang jadi tempat keselamatan ("Hierosolyma" - mudahnya - "Yeru-syalom"). Di situ orang boleh berharap mendapat pertolongan kekuatan-kekuatan ilahi yang diimbau Yohanes Pembaptis dan menjadi peka mendengarkan isyarat ilahi. Dalam suasana seperti inilah ajakan untuk memperbaiki diri akan lebih merasuki batin dan budi. Kekuatan-kekuatan ilahi itulah yang akan meluruskan batin orang dan menimbun lubang-lubang yang biasanya membuat batin orang tak rata, yang "nggronjal". Pertobatan yang sungguh baru bisa terjadi bila berawal dalam suasana kesunyian yang sarat dengan kehadiran ilahi. Ini pertobatan yang menghadirkan Tuhan

LANGKAH-LANGKAH PEMBARUAN HIDUP

Dalam Injil bagi Minggu Adven II tahun C kita mendengar Yohanes mewartakan baptisan tobat demi pengampunan dosa (Luk 3:1-6). Ia mendekatkan orang kepada kekuatan-kekuatan ilahi yang memberi hiburan dan karena itu orang dapat mulai berharap dan mencari arah baru yang segar. Orang baru bisa berharap bila pernah mengalami penghiburan bahwa ada kemungkinan untuk itu. Warta Kitab Suci menekankan adanya penghiburan dari atas sebagai dasar harapan sejati. Ini landasan bagi teologi harapan yang kukuh dan yang dapat nyata-nyata menolong orang.

Memang tidak dapat disangkal adanya unsur jeri dan jera. Dalam tahap tertentu kekuatan-kekuatan ilahi itu bukan hanya pesona yang menghibur, tetapi juga membuat orang tergetar. Perjumpaan dengan Yang Ilahi sering dialami orang sebagai yang mengejutkan, sebagai keberdosaan yang menyakitkan, yang mencemaskan. Kecaman keras yang sebelumnya diutarakan Yohanes dalam Luk 3:7-9 menyadarkan orang akan dimensi ini. Akan tetapi, kata-kata tajam Yohanes itu ditujukan bagi orang yang sudah mulai mencari arah baru, dengan kata lain, sudah mulai "bertobat". Mereka itu sudah terhibur dan memiliki harapan.

Tahapan selanjutnya ialah sikap bertanya "Apa yang harus dikerjakan?" (Luk 3:10.12.14) seperti terungkap dalam Injil kali ini. Orang mau belajar mengubah diri, belajar memperhatikan sesama, belajar berlaku adil dan lurus. Keinginan inilah yang menjadi kenyataan hadirnya kekuatan-kekuatan ilahi yang datang mempersiapkan dan meluruskan jalan seperti kata-kata Yesaya yang dikutip dan diterapkan Lukas dalam bacaan Injil pada ulasan Injil Minggu lalu. Inilah kekuatan-kekuatan moral yang bakal menjinakkan kecenderungan serakah, main kuasa, curang ... dan pelbagai kenyataan buruk di dunia ini yang menjadi bagian kehidupan manusia. Bila terjadi, mulai jelaslah makna anjuran Yohanes agar orang memberikan sehelai dari "dua helai baju" kepada orang yang tak mempunyainya.

Ada pasang surut dalam tahap-tahap tadi. Ini deskripsi, bukan evaluasi terhadap pengalaman. Pengalaman membawa kita maju bila digambarkan dan dimengerti, bukan bila dinilai begini atau begitu menurut seperangkat ukuran yang sudah lazim dipakai. Kepekaan mengenai hal ini amat berguna dalam bimbingan rohani dan pelayanan pastoral pada umumnya.

MENGAJAK ORANG BERTANYA

Dalam konteks Injil Lukas, orang-orang yang datang ke Yohanes itu sebenarnya orang-orang yang sudah maju jauh. Banyak ahli tafsir yang melihat tokoh Yohanes Pembaptis beserta pengikutnya sebagai kaum rahib yang menjauhi hidup di Yerusalem dan menyepi di padang gurun. Kita banyak mendengar mengenai kelompok-kelompok seperti itu: kaum Ebioni, kaum Eseni, dan kaum rahib dari pertapaan Qumran.

Bagaimana menerapkan gagasan di atas bagi keadaan yang berbeda, bagi umat yang tidak hidup dalam suasana pertapaan seperti itu, bagi orang-orang yang belum melangkah ke pertobatan seperti orang-orang yang datang ke Yohanes Pembaptis itu? Tak banyak faedahnya memakai mimbar khotbah untuk mencela sikap-sikap atau contoh-contoh kejahatan dan kedosaan. Salah-salah malah akan menjauhkan orang dari Gereja. Lebih mudah diterima bila dijelaskan bahwa bertobat dapat mulai dengan membangun sikap tidak mengalah kepada ketidaksempurnaan dalam kehidupan ini. Sikap yang paling berlawanan dengan pertobatan ialah takut, tak berbuat apa pun. Yohanes Pembaptis mengajarkan sikap tidak menerima begitu saja bengkak-bengkoknya jagat ini yang mempengaruhi dan membentuk kehidupan. Dalam pandangan Lukas, sang Pembaptis menyerukan kekuatan-kekuatan dari atas sana untuk mengalahkan daya-daya yang tidak lurus tadi. Sekali lagi sikap "nyepi" dapat membantu orang membiarkan diri disertai kekuatan-kekuatan tadi sambil menjauhi kebisingan daya-daya jahat.

SPIRITUALITAS PELAYAN SABDA: Luk 3:15-18

Yohanes Pembaptis itu pewarta kedatangan sang Penyelamat. Pelayanannya juga khas. Ia menyiapkan orang agar makin ingin berjumpa dengan Tuhan sendiri. Pelayanan seperti inilah yang menjadi dasar kerohanian para pelayan sabda. Juga di masa kini. Dan lebih dalam lagi. Ketika orang mulai menduga-duga apakah dia itu sang Mesias sendiri, Yohanes menegaskan dirinya bukan Dia yang dinanti-nantikan. Ia mengatakan tak pantas melepaskan tali kasut Mesias sekalipun. Ungkapan ini berlatar yuri­dik dan artinya "mengklaim" harapan umat. Maklum, melepaskan tali kasut di sini berhubungan dengan praktek menunjukkan alas kaki kepada pihak yang boleh memandang pembawa alas kaki itu mewakili secara sah pemilik yang tak hadir secara fisik. Ini praktek yuridik tradisional yang dikenal di pelbagai tempat dan sering dipakai dalam upacara nikah per procura. Yohanes tidak merasa pantas menjadi wakil yang sah sekalipun dari Yesus. Jadi, ungkapan itu bukan ungkapan basa-basi saleh, melainkan ungkapan yuridik. Ia menyatakan diri sama sekali tak memiliki hak mengukuhi umat Tuhan. Lalu siapakah Yohanes Pembaptis itu? Menurut Lukas, dia itu suara di padang gurun, di kesunyian, suara yang memperdengarkan kehadiran Tuhan dan mengajak kekuatan-kekuatan ilahi menyiapkan orang agar mampu menerima Tuhan sendiri. Yohanes Pembaptis bergerak dalam senyapnya awang-uwung yang sarat dengan kekuatan-kekuatan ilahi, tetapi ia juga bisa didengar oleh orang-orang yang hidup dalam kebisingan sehari-hari.

Salam hangat,
A. Gianto

Pesan Natal PGI-KWI 2009

"Tuhan Itu Baik Kepada Semua Orang ..."

(bdk. Mzm. 145:9a)

Saudara-saudari yang terkasih,
segenap umat Kristiani Indonesia di mana pun berada,
Salam sejahtera dalam kasih Tuhan kita Yesus Kristus.

1. Dalam suasana kebahagiaan Natal sekarang ini, kembali Tuhan menyapa dan mengingatkan kita umat-Nya untuk merayakan Natal ini dalam semangat kedamaian, kebersamaan dan kesahajaan. Dengan mengucap syukur sambil melantunkan kidung Natal dan doa, kita merenungkan, betapa baiknya Tuhan dalam kehidupan kita! Ia yang telah lahir bagi kita manusia, adalah juga Dia yang telah menebus dosa kita dan mendamaikan kita dengan Allah, Bapa kita. Dengan demikian, Ia menyanggupkan kita untuk hidup bersama, satu sama lain dalam damai Natal itu. "Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya"[1]. Kabar Gembira Natal itulah yang harus kita hayati dan wujud-nyatakan di dalam kehidupan kita bersama.

Tema Natal kita tahun ini adalah: "Tuhan itu baik kepada semua orang." Tema ini hendak mengingatkan kita, bahwa sesungguhnya Allah menciptakan manusia menurut gambar dan citra-Nya[2]. Allah adalah Allah bangsa-bangsa[3]. Ia tidak hanya mengasihi Israel saja, tetapi juga Edom, Mesir, bahkansemua bangsa-bangsa. "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia".[4] Allah mengasihi dunia dan manusia yang hidup di sana dan manusia diperintahkan-Nya untuk mengolah dan menaklukkannya.[5]

Sebagaimana kelahiran Yesus Kristus adalah bagi semua orang, maka umat Kristiani pun hidup bersama dan bagi semua orang. "Semua orang" adalah siapa saja yang hidup dan bertetangga dengan kita, tanpa membeda-bedakan, sebagaimana Allah, Bapa di surga, juga menyinarkan matahari-Nya dan menurunkan hujan-Nya kepada semua orang tanpa membeda-bedakan.[6] Di dalam interaksi kita dengan sesama, pemahaman ini meliputi semua bidang kehidupan. Yesus Kristus memerintahkan, agar kita mengasihi sesama seperti diri kita sendiri.[7] Itulah hakikat inkarnasi Ilahi di dalam diri Yesus Kristus yang adalah Manusia bagi orang lain. Kelahiran Yesus Kristus mendasari relasi kita dengan orang lain. Maka kita menjalin relasi dengan sesama, tanpa memandang suku, ras, agama dan golongan.

2. Dalam semangat inilah kita merayakan Natal sambil merefleksikan segala peristiwa yang telah kita lalui di tahun 2009 seperti misalnya Krisis Ekonomi Global, Pemilihan Umum, Aksi Terorisme sampai dengan Bencana Alam yang melanda beberapa wilayah Tanahair kita. Segala peristiwa tersebut mengingatkan kita untuk senantiasa menyadari kebesaran Tuhan dan membuat kita rendah hati di hadapan-Nya. Tuhan itu baik, karena Ia memampukan kita melewati semua peristiwa tersebut bersama sesama kita manusia. Maka Natal ini juga hendaknya memberikan kita hikmah dalam merencanakan hari esok yang lebih baik, bagi manusia dan bagi bumi tempat tinggalnya. Manusia yang diciptakan sebagai puncak dan mahkota karya penciptaan Allah, tidak bisa dilepaskan dari dunianya. Sungguh, "Tuhan itu baik bagi semua orang dan penuh rakhmat terhadap segala yang dijadikan-Nya".[8]

Oleh karena itu, kala merayakan peringatan kelahiran Yesus Kristus, Tuhan kita, kami mengajak seluruh umat Kristiani setanah-air untuk bersama-sama umat beragama lain menyatakan kebaikan Tuhan itu dalam semangat kebersamaan yang tulus-ikhlas untuk membangun negeri tercinta kita. Sebagai bagian integral bangsa, umat Kristiani di Indonesia adalah warganegara yang secara aktif turut mengambil bagian dalam upaya-upaya menyejahterakan bangsa, karena kesengsaraan bangsa adalah kesengsaraan kita dan kesejahteraan bangsa adalah kesejahteraan kita juga. Dengan pemahaman solidaritas seperti itu, umat Kristiani juga diharapkan turut melakukan pengawasan terhadap jalannya pemerintahan yang baru Negara ini, demi terwujudnya keadilan sosial dan kesejahteraan yang merata, termasuk juga demi terwujudnya upaya memulihkan keutuhan alam ciptaan yang menjadi lingkungan hidup kita. Merayakan Natal sebagai ungkapan penerimaan kedatangan Yesus Juruselamat, haruslah juga menjadi awal perubahan sikap dan tindakan untuk sesuatu yang lebih baik. Kedatangan Yesus bagi semua orang melalui karya-Nya, dahulu telah dipersiapkan oleh Yohanes Pembaptis dengan memaklumkan perubahan sikap dan tekad ini[9], baik melalui pewartaannya maupun melalui peri-hidupnya sendiri. Hal itu membuat mereka yang dijumpainya dan mendengar pewartaannya bertanya: "Jika demikian, apakah yang harus kami perbuat?"[10]

3. Karena itu, melalui pesan Natal ini, kami mengajak seluruh umat Kristiani:

a.. untuk senantiasa menyadari kebaikan Tuhan, dan dengan demikian menyadari juga panggilan dan perutusannya untuk berbuat baik kepada sesamanya[11]. Kita dipanggil bukan untuk membalas kejahatan dengan kejahatan, sehingga kita dikalahkan oleh kejahatan, melainkan untuk mengalahkannya dengan kebaikan[12], supaya dengan melihat perbuatan baik kita di dunia ini, orang memuliakan Bapa yang di surga[13].
· untuk melibatkan diri secara proaktif dalam berbagai upaya, terutama yang direncanakan oleh Pemerintah dalam program-program pembangunan manusia seutuhnya. Kita juga dipanggil untuk terlibat aktif bersama dengan gerakan-gerakan atau apsirasi-aspirasi lain, yang mempunyai keprihatinan tulus, untuk mewujudkan masyarakat majemuk yang menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran, keikhlasan dan solidaritas memperjuangkan keadilan dan kesejahteraan bersama.

a.. untuk ikut terlibat aktif dalam menyukseskan program-program bersama antara Pemerintah dan masyarakat demi keharmonisan hubungan manusia dengan manusia, tetapi juga antara manusia dengan alam lingkungan hidupnya. Dalam upaya-upaya pelestarian lingkungan dan keutuhan ciptaan, umat Kristiani hendaknya tidak hanya menjadi pelaku-serta saja, tetapi juga menjadi pemrakarsa.
Akhirnya, Saudara-saudari seiman yang terkasih, marilah kita berdoa juga bagi Pemerintah kita yang baru, yang dengan demokratis telah ikut kita tentukan para pengembannya, bersama dengan seluruh jajarannya dari pusat sampai ke daerah-daerah, agar mereka dapat menjalankan tugas mereka dengan baik. Itulah yang diamanatkan oleh Undang-undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Demikianlah pesan kami. Selamat Natal 2009 dan Selamat Menyongsong Tahun Baru 2010. Tuhan memberkati.

Jakarta, November 2009

Atas nama

PERSEKUTUAN GEREJA-GEREJA KONFERENSI WALIGEREJA INDONESIA
DI INDONESIA (PGI) (KWI)

Pdt. Dr. A.A. Yewangoe Mgr. M.D.Situmorang OFMCap.
Ketua Umum Ketua



Pdt. Dr. R. Daulay Mgr. A. Sutrisnaatmaka MSF.
Sekretaris Umum Sekretaris Jenderal

-------------------------------------------------------------------------------

[1] Luk. 2:14.
[2] Bdk. Kej.1:26.
[3] Bdk. Mzm. 47:9-10.
[4] Yoh 3:16-17.
[5] Bdk Kej. 1:38.
[6] Bdk. Mat 5:45.
[7] Bdk. Mat. 22:39.
[8] Mzm. 145:9.
[9] Bdk. Mrk. 1:4; Luk. 3:3.
[10] Bdk. Luk. 3:10.
[11] Luk. 6:33; Gal. 6:9.
[12] Bdk. Rom 12:21.
[13] Bdk Mat. 5:16; 1Ptr. 2:12.

Sabtu-Minggu, 5-6 Desember 2009 Hari Minggu Adven II

Bacaan Perayaan Ekaristi
Hari Minggu Adven II, Sabtu-Minggu, 5-6 Desember 2009

"Semua orang akan melihat keselamatan yang dari Tuhan."

BACAAN PERTAMA: Barukh 5:1-9
MAZMUR TANGGAPAN: Mzm 126:1-2ab.2cd-3.4-5.6
BACAAN KEDUA: Filipi 1:4-6.8-11
INJIL: Lukas 3:1-6

MENYONGSONG KEDATANGANNYA

Dalam Luk 3:1-6 dikisahkan bagaimana Yohanes Pembaptis mewartakan baptisan tobat. Petikan Injil ini dibacakan pada hari Minggu Adven II tahun C bersama dengan Bar 5:1-9 yang menyerukan agar orang menang­galkan pakaian berkabung dan berbesar hati karena mereka akan dekat kembali dengan Allah. Kedua bacaan ini berusaha meyakinkan orang agar tidak lagi hidup dalam kegelisahan dalam menyongsong kedatangan Tuhan. Bila dalam Minggu Adven I tahun C kita diajak melihat kelahiran Yesus di Betlehem dengan teropong kedatangan Anak Manusia di akhir zaman, dalam Minggu Adven II tahun C kita didorong melangkah maju lebih lanjut dengan bantuan Yohanes Pembaptis. Karena perannya sedemikian besar, marilah kita coba lebih mengenalnya.

YOHANES PEMBAPTIS

Yohanes mewartakan baptisan di seluruh kawasan Yordan sebagai tanda "tobat". Orang yang menerima baptisan ini akan mendapat pengampunan dosa (Luk 3:3). Baptisan yang diwartakan Yohanes ini disebut baptisan tobat (lihat juga Mat 3:2-11; Mrk 1:4-6), artinya baptisan yang menandai tekad untuk membuka lembaran baru dalam kehidupan. Dalam alam pikiran Kitab Suci, bertobat itu upaya untuk menanggalkan pikiran-pikiran yang mengekang batin dan membiarkan diri dibawa oleh kekuatan ilahi. Memang untuk bertobat dengan arti ini perlu ada dorongan yang membesarkan hati. Jadi, gagasan utama bertobat tidak sama dengan yang dikenal dalam pembicaraan sehari-hari, yakni kapok dari berbuat dosa dan kesalahan. Bukan itu, meskipun "jauh dari dosa" memang nanti menjadi buah dari tobat yang sungguh. Lha, lalu apa yang pokok? Ya, seperti di atas: membiarkan diri dipimpin Tuhan, tak usah lagi gelisah. Biasanya dalam Kitab Suci tobat terjadi sebagai perubahan dari sikap hidup murung dan rasa terganjal menjadi lega dan leluasa. Itulah yang juga dikemukakan dalam bacaan dari Bar 5:1-9.

MENGAPA Yes 40:1-2 TIDAK DIKUTIP LUKAS?

Lukas mengutip Yes 40:3-5. Tidak dikutip dua ayat sebelumnya yang erat hubungannya, yakni: "Hiburkanlah, hiburkanlah umat-Ku, demikian firman Tuhan, tenangkan hati Yerusalem ... kesalahannya telah diampuni ...!" Ada tiga catatan. (1) Ayat 1-2 itu tidak dikutip Lukas dan sebagai gantinya ia berbicara mengenai Yohanes Pembaptis dalam Luk 3:3: "Lalu datanglah Yohanes ke seluruh daerah Yordan dan memberitakan baptisan tobat untuk pengampunan dosa". Coba jajarkan ayat ini dengan Yes 40:1-2. Akan jelas bahwa Lukas bermaksud mengaktualkan suruhan Tuhan menghibur tadi dalam wujud tindakan Yohanes Pembaptis. Seruan Yohanes mengenai baptis tobat untuk penghapusan dosa mesti dipahami dalam konteks seruan menghibur dalam Yesaya tadi. (2) Makna dasar kata-kata Ibrani yang biasa diterjemahkan sebagai "Hiburkanlah umat-Ku!" itu sebenarnya "Ubahlah cara umat-Ku memandang hal-hal!" Akan tetapi, dalam konteks kegelisahan, tentu saja perubahan cara berpikir baru terjadi dengan penghiburan. Gagasan beralih dari sedih ke merasa betul terhibur itulah yang menjadi kenyataan "bertobat". (3) Perintah menghibur itu difirmankan oleh Tuhan kepada siapa? Kepada para penghuni surga, kepada kekuatan-kekuatan ilahi yang menyertai orang yang percaya. Mendengarkan warta Pembaptis sama dengan membiarkan diri dihibur oleh kekuatan ilahi yang datang dari Tuhan sendiri dan buahnya juga sama: dosa dihapus. Perkara yang mengganjal hubungan Tuhan dengan manusia dilepaskan. Oleh karena itu, dulu umat dapat berjalan terus menuju tanah terjanji, dapat kembali dari pengasingan. Dan kini dengan penghiburan tobat itu orang akan dapat menyongsong kedatangan Penyelamat. Lukas lebih dalam lagi. Yohanes Pembaptis kini digambarkan sebagai yang sedang berseru di padang gurun kepada "rekan-rekan" penghuni surga agar mereka mempersiapkan dan meluruskan jalan bagi Tuhan. Ini cara Lukas mengaktualkan nubuat Yesaya! Itu semua agar orang melihat dengan jelas kedatangan Tuhan yang sebentar lagi tengah-tengah manusia. Gereja diberkati Tuhan dengan adanya orang-orang yang membaktikan diri bagi hidup rohani. Dalam banyak arti, mereka itu akrab dengan daya-daya ilahi yang ada di atas sana dan yang dapat menolong orang. Dalam ajaran Gereja, daya-daya itu dialami sebagai rahmat. Mereka yang akrab dengan daya-daya ilahi itu da­pat menggapai rahmat untuk menghibur dan mengajak "tobat" umat agar nanti bisa melihat dia yang datang itu. Warta tobat dalam Masa Adven ialah warta yang membawa penghiburan.

YOHANES DAN IMAN PERJANJIAN LAMA

Yohanes berada di ambang era baru walaupun tetap berpijak pada tradisi kepercayaan leluhurnya. Manakah unsur-unsur dalam tradisi itu yang memungkinkan Yohanes menempuh jalan baru ini? Marilah kita dengarkan pembicaraan antara Yohanes dengan ayahnya....

ZAKHARIA: Nak, kau diberitakan Lukas sebagai suara orang yang berseru-seru di padang gurun seperti yang diutarakan Yesaya. Apa tidak merasa memikul beban berat?
YOHANES: Bapak ini kuno, dari orde Perjanjian Lama. Saya sudah termasuk Perjanjian Baru.
ZAKHARIA: Anak muda, sok tahu!
YOHANES: Ah, Bapak mau nyuruh apa?
ZAKHARIA: Kau mesti berusaha memahami Yes 40:3-5 yang dikutip Luk 3:4-6 dengan baik dulu. Apa tahu maksud Yesaya dengan suara yang berseru-seru itu dan kepada siapa seruan itu ditujukan?
YOHANES: Lukas mengatakan bahwa semua yang kukerjakan membaptis orang sebagai tanda tobat merupakan hal yang sudah diramalkan jauh-jauh oleh Yesaya, tidak macam-macam.
ZAKHARIA: O, Nak, tafsirmu terus terang masih terlalu hijau dan keburu-buru. Kalau mau serius, mesti paham dulu bahwa yang dimaksud Yesaya dengan suara yang berseru-seru itu ialah siapa saja yang betul-betul dekat dengan Tuhan seperti umat zaman eksodus dulu dekat dengan-Nya selama di padang gurun.
YOHANES [melongo]: Wah, ndak kepikir alusinya ke zaman dulu, bukan ke zaman depan. Lalu ramalannya bagaimana? ZAKHARIA [tersenyum puas]: Nah, baru mulai mengerti perkaranya kan! Nabi Perjanjian Lama meramalkan sesuatu ke masa depan atas dasar peristiwa penting yang pernah terjadi di masa lampau. Ini prinsip nubuat nabi-nabi, bukan asal-asalan saja. Tafsirnya ya mesti ingat itu.
YOHANES: Baiklah kalau begitu. Jadi, dasarnya peristiwa Tuhan memimpin umat-Nya keluar dari Mesir dan tentunya bila perlu Ia akan bertindak seperti itu lagi.
ZAKHARIA: Nah, kau baru mengerti kan sekarang!
YOHANES: Lha, seruan "persiapkan dan luruskan jalan" itu ditujukan kepada siapa?
ZAKHARIA [sambil menepuk-nepuk bahu anaknya]: Gini lho, jangan heran, seruan itu ditujukan kepada semua penghuni surga dan semua kekuatan-kekuatan yang ada di langit sana. Diserukan agar mereka mempersiapkan dan meluruskan jalan bagi Tuhan yang akan memimpin umat masuk ke tanah terjanji. Alusi ke eksodus dulu ini diterapkan Yesaya ke peristiwa kem­bali­nya umat dari pembuangan dari Babilonia. Ada eksodus baru, tapi Tuhan dan kekuatan-kekuatan surga yang samalah yang bakal memimpin umat. Lukas paham hal ini, dan seperti Yesaya, ia menerapkan peristiwa besar di masa lampau itu ke depan, ke masa kini.
YOHANES: Wah, hebat nih!
ZAKHARIA: Paham kan? Sekarang pikirkan dirimu. Lukas menerapkan suara yang berseru di padang gurun itu kepadamu. Kau bisa dan wajib menggugah para penghuni surga untuk menyiapkan kedatangan kembali Tuhan.

WARTA SEGAR

Umat diajak agar berani menanggalkan sikap menghukum diri dan membiarkan diri dituntun Allah sendiri agar mendekat kepadaNya kembali. Keyakinan ini dihidupi oleh orang-orang saleh menjelang zaman Yesus. Ada kerohanian segar yang mengajarkan bahwa Yang Ilahi bukan lagi sebagai yang akan datang menghukum dosa-dosa melainkan sebagai Dia yang akan membawa kembali umat-Nya ke kebahagiaan bersamaNya. Kehidupan serta tindakan Yohanes Pembaptis menjadi kesaksian akan warta tadi. Ia mengajak orang melihat ke arah lain, ke arah datang-Nya Dia yang akan mengajar umat merasakan kasihNya. Inilah pertobatan yang diperkenalkan kepada orang-orang pada zamannya. Iman sedalam dan seberani itu mengubah gambaran mengenai Yang Ilahi sendiri. Ia bukan lagi yang jauh, melainkan yang mau mendekat dan peduli akan manusia dengan segala kelemahannya. Ia bukan lagi yang menuntut pertanggungjawaban, melainkan yang datang menguatkan manusia sehingga mampu hidup terus kendati kerapuhannya.

Salam,
A. Gianto